Wonder Club world wonders pyramid logo
×

Reviews for Every Teacher's Science

 Every Teacher's Science magazine reviews

The average rating for Every Teacher's Science based on 2 reviews is 3 stars.has a rating of 3 stars

Review # 1 was written on 2015-11-09 00:00:00
0was given a rating of 3 stars Rosalyn Watson
Suatu ketika, salah seorang raksasa fisikawan, Lord Kalvin, pernah berujar, sesuatu yang akan dia sesali kemudian seumur hidupnya, "There is nothing new to be discovered in physics now. All that remains is more and more precise measurement" Mengapa dia sempat berujar demikian? Abad 19 adalah abad kemajuan sains. Dunia mengenal Newton, Darwin, Maxwell, Mendel, Rutherford, Thompson, sebagai ilmuwan-ilmuwan klasik yang menonjol pada masanya. nyaris, semua permasalahan sains yang sebelumnya berada pada bayang-bayang gelap bahkan mistis, sedikit demi sedikit mulai terkuak. Salah satunya bintang cemerlang adalah Newton, siapa yang meragukan teori gravitasi yang memiliki tingkat akurasi mengerikan dalam menghitung pergerakan benda di tata surya? atau teori genetika Mendell yang sanggup menjelaskan mengapa anjing, meski variasinya beribu-ribu macam, tetaplah seekor (spesies) anjing. tetapi kumbang, meski sekilas tampak sederhana dan remeh, ternyata memiliki keanekaragaman spesies sampai bejumlah ribuan. mengapa mawar bisa berwarna merah tapi melati tidak? Para ilmuwan era 1900-an berpikir bahwa mereka telah mengetahui segalanya. Menurut mereka, alam semesta itu "kecil", hampa, dan hanya memiliki beberapa juta bintang; Planet-planet dan kosmik beredar teratur menurut hukum Newton bak jam tangan swiss; Kehidupan dimulai dari "sup purba" yang hangat, larutan berbagai mineral yang lambat laun berikatan, bereaksi membentuk senyawa biologi yang disempurnakan evolusi menjadi kehidupan kompleks; Materi terususn "bola kecil" atom yang berperilaku sebagai tata surya mini. Begitu pesatnya kemajuan sains pada abad itu sehingga, seorang ilmuwan terkemuka selevel Kalvin, berani berujar seperti kutipan di atas. Ironisnya, tahun 1900 Kalvin mengucapkan ucapan itu, namun, pada tahun itu pula, ucapannya terbuti keliru sama sekali... dimulai dari teka-teki sains sepele, "mengapa suatu benda bisa berwarna hitam?" sejarah dunia sains telah berubah sama sekali dan meruntuhkan ucapan Kalvin. Sebagaimana kita ketahui, sebuah benda bisa berwarna hijau karena cahaya matahari atau lampu yang "putih" terurai dan warna dominan hijau terpantulkan, ditangkap mata. Pun mengapa suatu benda bisa berwarna merah, biru, bahkan putih (artinya semua sinar yang dia terima, semuanya dipantulkan). Namun, bagaimana dengan warna hitam? tak seorang pun pernah memikirkan ada "sinar hitam" yang dipancarkan. pemecahan masalah ini kemudian diselesaikan melalui makalah Max Planck pada 7 Desember 1900 yang menandai era lahirnya teori kuantum yang telah meruntuhkan semua konsep sains mapan bahkan terbaik sebelumnya. Sekarang kita tahu, bahwa alam semesta jauh lebih luas daripada yang pernah dibayangkan manusia. Kita tahu bahwa bintang gemintang bersinar, bagaimana bisa mereka tercipta, dan bagaimana mereka bisa mati dan meledak. Sekarang kita bisa "memetakan" posisi bumi yang teramat kecil di jagat raya, dan sekarang kita mengenal monster-monster sains aneh di jagat raya, ada quasars ("bintang" yang cahayanya lebih terang daripada ribuan galaksi yang sekaligus digabungkan!), ada bintang neutron (bintang yang memiliki diameter hanya sekitar 25 km ini memiliki massa sekitar 1,4 kali massa matahari atau setara dengan setengah juta kali massa bumi. Dengan demikian medan gravitasi di permukaan bintang ini berkisar 200 milyar kali lebih kuat dari medan gravitasi di permukaan bumi. Medan gravitasi sebesar ini akan mampu meremukkan benda-benda yang ada dipermukaannya serta atom-atom penyusun benda tersebut. Sebagai gambaran, seseorang yang jatuh ke permukaan BN akan menabrak permukaannya dengan kecepatan 150.000 km per detik atau energi yang dihasilkan oleh tabrakan tersebut setara dengan 100 megaton ledakan nuklir. Tidak hanya sampai di situ. Sebuah BN dapat memiliki medan magnetik hingga 100 gigatesla. Medan magnet sebesar itu dapat menghancurkan semua informasi di dalam semua kartu kredit yang ada di atas permukaan bumi, jika BN diletakkan pada orbit bulan. Sebagai perbandingan, medan magnet bumi hanya berkekuatan sekitar 60 mikrotesla); atau monster lain yang tak kalah mengerikan, lubang hitam... yang hingga detik ini, tak satupun penjelasan ilmiah bisa memetakan kondisi lubang hitang secara memuaskan karena dia adalah "kuburan" bagi persamaan-persamaan matematis. Teori evolusi Darwin yang mampu menerangkan "proses penciptaan", ternyata sama sekali tak berguna tanpa didukung oleh sains genetika. Teori gravitasi Newton, yang akurat untuk sekala tata surya, menjadi tak beguna saat diterapkan pada skala yang kosmik. Atom, yang sebelumnya dianggap "bola-bola yang berperilaku mirip tata surya mini" ternyata justru tersusun dari ratusan partikel aneh yang bisa berprilaku sebagai "bola" sekaligus "gelombang tali", dan sama sekali tak bisa diprediksi. Sekarang, sains bisa menguaraikan penjelasan bagaimana pikiran bisa bekerja. mengapa kita memiliki kesadaran dan memori. Kita bisa menerangkan bagaimana pengaruh lingkungan dan gen, bisa mempengaruhi kepribadian seseorang. Kita juga telah memahami bagaimana kuman-kuman dan virus bekerja sehingga kita bisa menciptakan jutaan obat yang dapat menghindari kepunahan manusia. Kita juga telah memetapan genom manusia secara lengkap--artinya kita telah tau mengapa si A bisa memiliki penampilan seperti itu, bagaimana sifat dia, bagaimana keturunan dia, dll--. Kita juga telah menyusun "theory of everything" yang menyatukan segala gaya fundamental yang diharapkan bisa menjelaskan segalanya, penciptaan dan "pelenyapan", kiamat. Dan, teknologi, di sisi lain, telah berkembang melampaui imajinasi manusia paling penghayal sekalipun. siapa yang pernah bepikir akan ada sesuatu yang disebut internet pada tiga dekade yang lalu? Coba bayangkan, bagaimana menjelaskan teknologi web dan e-mail pada Lord Kalvin! :D Tapi, bukan berarti kita telah tau segalanya!!! Yang dinamakan Theory of Everything, Teori tentang Segalanya, justru malah menjadi Theory of Nothing... Seperti Kalvin, hingga detik ini, kita belum faham, bagaimana cara alam semesta diciptakan... bagaimana makhluk hidup bisa muncul dan lahir di bumi... Kita memiliki teori tentang bagaimana alam semesta tercipta, Big Bang. tapi ita belum memahami, mengapa bisa terjadi ledakan? bagaimana prosesnya? apa yang terjadi sebelum Big Bang? Bagaimana, bumi, yang asalnya tak memiliki apa-apa, bisa melahirkan makhluk hidup yang beraneka ragam. Kita mungkin jauh lebih memahamai bagaimana pikiran bekerja selangkah lebih maju daripada Plato, tapi, pertanyaan mengapa "hanya" manusia yang memiliki kesadaran, bagaimana kesadaran terbentuk, dll, tak pernah bisa dijelaskan dengan sangat mudah dan sederhana... Itulah sebabnya, mengapa, filsafat tidak pernah dikategorikan sebagai sains. Mengapa proyek genom yang bisa memetakan semua karakter manusia (ciri fisik dan sifat), bahkan tak pernah mampu memprediksi apa yang ada dalam isi hati, pikiran, dan memori seseorang? bahkan ilmuwan pemenang Nobel untuk fisiologi, akan kelabakan saat ditanya, bagaimana seseorang bisa mengingat, dan dimana ingatan disimpan?! bahkan apa tujuan kita tidur dan bemimpi pun tak pernah bisa terjelaskan dengan memuaskan dan mudah. Teori Evolusi mungkin bisa menjelaskan bagaimana alam bisa menjadi sangat semarak sebagaimana yang kita lihat. tapi, teori ini memeiliki banyak hambatan yang cenderung kontroversial. Misal, kunci utama terjadinya evolusi adalah gen makhluk hidup bermutasi (berubah) oleh mutagen. Tapi... itu hanya teori... bahkan di laboratorium terbaik pun, dengan kondisi super ideal, belum pernah tercipta suatu mahkluk yang karena mutasi, dia menjadi makhluk yang lebih baik. mutasi hanya menimbulkan kecacatan bahkan kematian. Teori sup purba, larutan kimia lambat laun akan berekasi dan membentuk makhluk hidup, sulit untuk dibuktikan. Mungkin pas SMA pernah mendengar percobaan Miller yang menghasilkan asam amino dari gas-gas tertentu, sama sekali tak membuktikan bahwa proses itulah yang terjadi di alam milyaran tahun yang lalu. karena, asam amino memang membentuk makhluk hidup..tapi bukan makhluk hidup. ini sama dengan pernyataan bahwa anda terdiri dari atom karbon, tapi karbon bukanlah makhluk hidup. dan, sebanyak apapun campuran kimia yang dicampurkan, di laboratorium, tak pernah dihasilkan satu sel amuba pun! padahal, di alam, milyaran tahun lalu, kondisi bumi jauh lebih kejam daripada kondisi laboratorium yang ideal. Bumi masih panas, perubahan suhu dan tekanan yang ekstrem, sinar kosmis yang radioaktif... sama sekali tak memungkinkan "sup purba" membentuk kehidupan... Jika bahan-bahan tersebut digunakan pada kondisi bumi purba, bahan tersebut hanya akan membusuk bahkan gosong. karena, kunci bagaimana suatu kehidupan bisa terjadi adalah karena adanya DNA/RNA. kehidupan terbentuk oleh DNA, tapi DNA, oleh enzim makhluk hidup. DNA atau enzim?duluan ayam atau telur? Bahkan, dengan model komputer tercanggih pun, kita tak pernah bisa meramal keadaan cuaca dengan akurat sejam kemudian. belum kalau membahas UFO/ET... apalagi kalau membahas pertanyaan lain yang menjadi momok semua orang... apa yang terjadi sesudah mati? tampaknya, selain iman, tak ada satupun yang bisa membuktikan apa yang akan terjadi setelah kematian... Saat ini, meski sains telah jauh lebih banyak tahu, masih jauh lebih banyak hal yang tak diketahui. Satu jawaban atas satu pertanyaan, akan melahirkan ribuan pertanyaan baru tak berkesudahan. Meski saat ini sains telah berkembang pesat, orang masih memerlukan iman untuk dijadikan pegangan dalam memahami eksistensinya. ==================================================== Mengingat begitu banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang "belum" memilki jawaban, yang saat ini para ilmuwan sedang berusaha menguak jawabannya, mengapa kita tidak menguraikan satu-satu pertanyaan? Jangan terlalu yang ekstrem dan susah seperti bagaimana proses penciptaan, tapi hal sepele yang sering kita abaikan, namun, penjelasan sains terbaikpun, tak memiliki jawaban atas penjelasannya. Hal-hal "sepele" itulah yang dicoba diuraikan dalam buku ini. Buku ini sekilas mirip buku The Five Biggest Unsolved Problems in Science, namun, tak seperti buku kedua, buku ini ditulis dengan "lebih santai", berusaha seminimal mungkin menghilangkan istilah-istilah sains yang ribet, dan tak membahas pertanyaan-pertanyaan filosofis yang bikin keder. Fyi, buku kedua, karena penulisnya adalah ilmuwan profesor "asli", meski ditulis dengan populer, tetap saja bakal bikin orang pusing mengingat yang dibahas oleh buku itu adalah masalah-masalah paling besar yang tak terpecahkan di lima bidang sains; geologi/geofisika, astronomi, biologi, fisika, dan kimia. Dengan membaca buku ini, kita akan berkenalan dengan 10 pertanyaan lucu, unik, bahkan terkesan jail, namun tak bisa dijelaskan oleh sains. saya kutip salah satu pertanyaannya, "can i live forever please?" ayolah, sebaik apapun kita menjaga makanan, kesehatan, gizi, kondisi badan, dll, kita tetap memiliki batas waktu untuk hidup! Mengapa kita bisa tua padahal sel-sel tubuh kita meregenerasi dirinya tiap detik? bahkan dengan masukin gaizi terbaik pun, kita masih akan terus tua? mengapa menjadi tua tak hanya berubah pada penampilan tapi juga merembet pada memori, jiwa, dan pikiran? FYI, ada salah satu objek penelitian paling terkenal. namanya sel Hela. singkatan dari Henrietta Lacks, seorang wanita yang meninggal karena kanker 4 Oktober 1941. Apa yang menarik dari benda ini? sesaat sebelum kematiannya, sel kanker dari tubuh Henrietta dicangkok dan dikembangbiakan untuk tujuan penelitian. Ajaib, meski Lacks-nya sendiri telah meninggal, dan saat ini mungkin jasadnya sudah hancur, sel Hela masih terus hidup! bahkan para ilmuwan mengembangbiakan dan membagi-bagikannya bagi laboratorium penelitian di seluruh dunia. Jika satu sel bisa terus dijaga hidup selamanya, mengapa tubuh manusia utuh tak bisa terus dijaga hidup dan tetap muda bahkan kalau diberi kondisi ideal sekalipun? Berap rekor umur manusia tertua, 200, 300 tahun? mengapa manusia hanya memiliki "jatah" umur itu padahal sebatang pinus bisa mencapai umur 4000 tahun? Bahkan, para ilmuwan pun masih bingung dengan jawaban atas pertanyaan, apa sebenarnya penuaan itu? ==================================================== Begitu banyak hal yang tak kita ketahui... semakin banyak yang kita ketahui, malah semakin banyak hal yang tak kita ketahui. Beberapa orang, akan meninjau ketidaktahuan manusia sebagai sifat keterbatasan ilmu manusia. bahwa, itu menandakan manusia adalah makhluk yang terbatas, diberi pengetahuan terbatas oleh Sang Maha Tak Terbatas. Sains bukanlah segalanya. sains, sebagaimanapun canggihnya masih tak bisa melapaui iman, karena ruang kosong besar yang disisakan sains, bisa diisi dengan iman dengan pasnya. Bagi kaum skeptis, akan melihat bahwa bahwa ide "Tuhan" yang "nebeng" pada "kekurangan" sains adalah sangat mengerikan. mereka beranggapan bahwa God Gaps hanya diciptakan oleh orang-orang yang naif dalam melihat keterbatasan sains. Begitu bisa berbedanya orang dalam menafsirkan sains. Tak heran jika sains bisa dijadikan alat bagi orang untuk menjadi seorang yang asketis, agnotis, bahkan sekaligus seorang atheis.... ==================================================== There are an awful lot of things out there that we don’t know. In this book, for you, are just ten of them, but there are hundreds more. It is the job of science to find the answers, and one has no doubt that it will. The only trouble is, one also has no doubt that, when this little lot is cleared up, the summit of knowledge we will find ourselves upon will be just as false as that on which stood Lord Kelvin, and the peaks of the unknown just as high and just as distant as they were when we mistakenly thought the end of the climb was just one more heave away. :)
Review # 2 was written on 2014-05-18 00:00:00
0was given a rating of 3 stars Patricia Jackson
این کتاب پرسش‌هایی پیرامون خودآگاهی،معنای زمان، عمر و پیری و جاودانگی، هوش و انسان‌های کندذهن، کیهان، هویت، چاقی و سلامتی، ادعاهای فراهنجار مثل چاکرا و تله‌پاتی، و غیره مطرح می‌کند. نویسنده روزنامه‌نگار علمی است. هر فصل بیشتر شبیه یک مقاله است تا فصلی از یک کتاب پخته. گرچه باید پذیرفت که این حجم برای پرداختن به همه‌ی این موضوعات کافی نیست، ولی نمی‌شود حرافی‌ گاه و بی‌گاه، و تلاش نویسنده برای هیجان‌زده کردن مخاطب را به قیمت کاستن از عمق مطالب نادیده گرفت. به هر حال، در این کتاب بحث‌های گیرایی مطرح می‌شود، به خصوص در مورد خودآگاهی. از طرفی چون نویسنده روزنامه‌نگار است، شما این فرصت را پیدا می‌کنید که با حال و هوای علم در فضای رسانه‌ای و ژورنالیستی آشنا شوید. همچنین در مورد برخی سوالات بسیار چالش‌انگیز علمی از نظریات روز باخبر می‌شوید که سبب کنجکاوی بیشتر است. چنانکه قابل حدس است، چنین بحث‌هایی به کرات با فلسفه و اخلاق می‌آمیزند. در نتیجه، گرچه کتاب فلسفی نیست ولی در مواردی به فلسفه تن می‌دهد.


Click here to write your own review.


Login

  |  

Complaints

  |  

Blog

  |  

Games

  |  

Digital Media

  |  

Souls

  |  

Obituary

  |  

Contact Us

  |  

FAQ

CAN'T FIND WHAT YOU'RE LOOKING FOR? CLICK HERE!!!